Spektrofotometri visible disebut juga spektrofotometri sinar tampak. Yang
dimaksud sinar tampak adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia. Cahaya
yang dapat dilihat oleh mata manusia adalah cahaya dengan panjang gelombang
400-800 nm dan memiliki energi sebesar 299–149 kJ/mol. r
Panjang
gelombang (nm)
|
Warna
warna yang diserap
|
Warna
komplementer (warna yang terlihat)
|
400
– 435
|
Ungu
|
Hijau
kekuningan
|
435
– 480
|
Biru
|
Kuning
|
480
– 490
|
Biru
kehijauan
|
Jingga
|
490
– 500
|
Hijau
kebiruan
|
Merah
|
500
– 560
|
Hijau
|
Ungu
kemerahan
|
560
– 580
|
Hijau
kekuningan
|
Ungu
|
580
– 595
|
Kuning
|
Biru
|
595
– 610
|
Jingga
|
Biru
kehijauan
|
610
– 800
|
Merah
|
Hijau
kebiruan
|
Panjang
gelombang yang digunakan untuk melakukan analisis adalah panjang gelombang
dimana suatu zat memberikan penyerapan paling tinggi yang disebut λmaks.
Hal ini disebabkan jika pengukuran dilakukan pada panjang gelombang yang sama,
maka data yang diperoleh makin akurat atau kesalahan yang muncul makin kecil.
Berdasarkan hukum Beer absorbansi akan berbanding lurus dengan konsentrasi,
karena b atau l harganya 1 cm dapat diabaikan dan ε merupakan suatu
tetapan.
Artinya konsentrasi makin tinggi maka absorbansi yang dihasilkan makin tinggi,
begitupun sebaliknya konsentrasi makin rendah absorbansi yang dihasilkan makin
rendah.
Hubungan antara absorbansi terhadap konsentrasi akan linear (A≈C) apabila nilai
absorbansi larutan antara 0,2-0,8 (0,2 ≤ A ≥ 0,8) atau sering disebut sebagai
daerah berlaku hukum Lambert-Beer. Jika absorbansi yang diperoleh lebih besar
maka hubungan absorbansi tidak linear lagi. Kurva kalibarasi hubungan antara
absorbansi versus konsentrasi.
Faktor-faktor
yang menyebabkan absorbansi vs konsentrasi tidak linear:
- Adanya
serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko,
yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk
zat pembentuk warna.
- Serapan
oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa, namun
kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
- Kesalahan
fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau
sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai
dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui pengenceran
atau pemekatan).
Zat yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri sinar tampak adalah zat dalam
bentuk larutan dan zat tersebut harus tampak berwarna, sehingga analisis yang
didasarkan pada pembentukan larutan berwarna disebut juga metode kolorimetri.
Jika tidak berwarna maka larutan tersebut harus dijadikan berwarna dengan cara
memberi reagen tertentu yang spesifik. Dikatakan spesifik karena hanya bereaksi
dengan spesi yang akan dianalisis. Reagen ini disebut reagen pembentuk warna
(chromogenik reagent). Berikut adalah sifat-sifat yang harus
dimiliki oleh reagen pembentuk warna:
- Kestabilan
dalam larutan. Pereaksi-pereaksi yang berubah sifatnya dalam waktu
beberapa jam, dapat menyebabkan timbulnya semacam cendawan bila disimpan.
Oleh sebab itu harus dibuat baru dan kurva kalibarasi yang baru harus
dibuat saat setiap kali analisis.
- Pembentukan
warna yang dianalisis harus cepat.
- Reaksi
dengan komponen yang dianalisa harus berlangsung secara stoikiometrik.
- Pereaksi
tidak boleh menyerap cahaya dalam spektrum dimana dilakukan pengukuran.
- Pereaksi
harus selektif dan spesifik (khas) untuk komponen yang dianalisa, sehingga
warna yang terjadi benar-benar merupakan ukuran bagi komponen tersebut
saja.
- Tidak
boleh ada gangguan-gangguan dari komponen-komponen lain dalam larutan yang
dapat mengubah zat pereaksi atau komponen komponen yang dianalisa menjadi
suatu bentuk atau kompleks yang tidak berwarna, sehingga pembentukan warna
yang dikehandaki tidak sempurna.
- Pereaksi
yang dipakai harus dapat menimbulkan hasil reaksi berwarna yang
dikehendaki dengan komponen yang dianalisa, dalam pelarut yang dipakai.
Setelah ditambahkan reagen atau zat pembentuk warna maka larutan tersebut harus
memiliki lima sifat di bawah ini:
- Kestabilan
warna yang cukup lama guna memungkinkan pengukuran absorbansi dengan
teliti. Ketidakstabilan, yang mengakibatkan menyusutnya warna larutan
(fading), disebabkan oleh oksidasi oleh udara, penguraian secara
fotokimia, pengaruh keasaman, suhu dan jenis pelarut. Namun kadang-kadang
dengan mengubah kondisi larutan dapat diperoleh kestabilan yang lebih
baik.
- Warna
larutan yang akan diukur harus mempunyai intensitas yang cukup tinggi
(warna harus cukup tua) yang berarti bahwa absortivitas molarnya (ε)
besar. Hal ini dapat dikontrol dengan mengubah pelarutnya. Dalam hal ini
dengan memilih pereaksi yang memiliki kepekaan yang cukup tinggi.
- Warna
larutan yang diukur sebaiknya bebas daripada pengaruh variasi-variasi
kecil kecil dalam nilai pH, suhu maupun kondisis-kondisi yang lain.
- Hasil
reaksi yang berwarna ini harus larut dalam pelarut yang dipakai.
- Sistem yang berwarna ini harus memenuhi Hukum Lambert-Beer.
Konsentrasi sampel dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan rumus yang
diturunkan dari hukum lambert beer (A= a . b . c atau A = ε . b . c). Namun ada
cara lain yang dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu spesi yang
ada dalam suatu larutan yakni dengan cara kurva kalibarasi. Cara
ini sebenarnya masih tetap bertumpu pada hukum Lambert-Beer yakni absorbansi
berbanding lurus dengan konsentrasi.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penentuan konsentrasi zat dengan
kurva kalibarasi:
- Maching
kuvet : mencari dua buah kuvet yang memiliki absorbansi atau transmitansi
sama atau hampir sama. Dua buah kuvet inilah yang akan digunakan untuk
analisis, satu untuk blanko, satu untuk sampel. Dalam melakukan analisis
Maching kuvet harus dilakukan agar kesalahannya makin kecil.
- Membuat
larutan standar pada berbagai konsentrasi. Larutan standar yaitu larutan
yang konsentrasinya telah diketahui secara pasti. Konsentrasi larutan
standar dibuat dari yang lebih kecil sampai lebih besar dari konsentrasi
analit yang diperkirakan.
- Ambilah
salah satu larutan standar, kemudian ukur pada berbagai panjang gelombang.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui pada panjang gelombang berapa,
absorbansi yang dihasilkan paling besar. Panjang gelombang yang
menghasilkan absorbansi paling besar atau paling tinggi disebut panjang
gelombang maksimum (lmaks).
- Ukurlah
absorbansi semua larutan standar yang telah dibuat pada panjang gelombang
maksimum.
- Catat
absorbansi yang dihasilkan dari semua larutan standar, kemudian alurkan
pada grafik absorbansi vs konsentrasi sehingga diperoleh suatu kurva yang
disebut kurva kalibarasi. Dari hukum Lambart-Beer jika
absorbansi yang dihasilkan berkisar antara 0,2-0,8 maka grafik akan
berbentuk garis lurus, namun hal ini tidak dapat dipastikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar