Argentometri
merupakan titrasi pengendapan sample yang dianalisis dengan menggunakan ion
perak
untuk menentukan vsenyawa halogen atau pseudohalogen pada suatu campuran. Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini adalah ion halida (Cl-,
Br-, I-).
Ada beberapa metode dalam titrasi argentometri yang dibedakan berdasarkan indikator yang digunakan pada penentuan titik akhir titrasi, antara lain:
a. Metode Mohr
Metode Mohr biasanya digunakan untuk menitrasi
ion halida seperti NaCl, dengan AgNO3 sebagai titran dan K2CrO4
sebagai indikator. Titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna
suspensi dari kuning menjadi kuning coklat. Perubahan warna tersebut terjadi
karena timbulnya Ag2CrO4, saat hampir mencapai titik ekivalen, semua ion Cl- hampir berikatan menjadi AgCl. Larutan standar yang digunakan dalam metode ini,
yaitu AgNO3, memiliki normalitas 0,1 N atau 0,05 N.
Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran,
sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah-bata, yang menunjukkan titik
akhir
titrasi Pada analisa Cl-
b. Metode Volhard
Metode Volhard menggunakan NH4SCN atau KSCN sebagai titrant, dan
larutan Fe3+ sebagai indikator. Sampai dengan titik ekivalen harus
terjadi reaksi antara titran dan Ag, membentuk endapan putih.
Ag+(aq)
+ SCN-(aq) ↔ AgSCN(s)↓ (putih)
Sedikit kelebihan titrant kemudian bereaksi dengan indikator, membentuk ion
kompleks yang sangat kuat warnanya merah
SCN-(aq)
+ Fe3+(aq) ↔ FeSCN2+(aq)
Yang larut dan mewarnai larutan yang semula tidak berwarna.
Penerapan terpenting cara
Volhard ialah untuk penentuan secara tidak langsung ion-ion halogenida: perak
nitrat standar berlebih yang diketahui jumlahnya ditambahkan sebagai
contoh, dan kelebihannya ditentukan
dengan titrasi kembali dengan tiosianat baku.
c. Metode Fajans
Dalam titrasi Fajans
digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat yang dapat diserap
pada permukaan endapan (diadsorpsi) dan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan
ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen, antara lain dengan memilih
macam indikator yang dipakai dan pH.
Cara kerja indikator
adsorpsi ialah sebagai berikut: indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah
organik yang dapat membentuk endapan dengan ion perak. Misalnya fluoresein yang digunakan dalam titrasi
ion klorida. Dalam larutan, fluoresein akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFl
saja).
HFl(aq) ↔ H+(aq)
+Fl-(aq)
Ion Fl- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan
endapan berwarna merah muda. Karena penyerapan terjadi pada permukaan, dalam
titrasi ini diusahakan agar permukaan endapan itu seluas mungkin supaya
perubahan warna yang tampak sejelas mungkin, maka endapan harus berukuran
koloid. Penyerapan terjadi apabila endapan yang koloid itu bermuatan positif,
dengan perkataan lain setelah sedikit kelebihan titrant (ion Ag+).
Titrasi
menggunakan indikator adsorpsi biasanya cepat, akurat dan terpercaya.
Sebaliknya penerapannya agak terbatas karena memerlukan endapan berbentuk
koloid yang juga harus dengan cepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar